Tokyo (Part 1: Odaiba & Hakone) [2015.03.31-2015.04.01]

SELASA, 31 MARET 2015

Sesampai di Tokyo kira-kira pukul 7 pagi, kami langsung bergegas ke “Shinjuku Station” untuk naik kereta ke “Asakusa Station”. Keluar dari Asakusa Station, kami jalan menuju hostel melewati “Sensoji Temple. Sudah mulai terlihat beberapa pohon sakura putih yang full bloom, sambil jalan juga melihat kotak pos yang lucu ada semacam figura panda di atasnya. Kebetulan ketika kami lewat sedang ada sesi pemotretan, sekelompok gadis berpakaian mirip “Sailor Moon” sedang berpose di sekeliling kotak pos ini.

IMG_20150331_080159

Cute Postbox
Cute Postbox

Sesampai di Sakura Asakusa Hostel, seperti biasa belum bisa check-in jadi taruh barang dulu di storage room di basement. Kami sewa handuk seharga 100 (seratus) yen, kemudian mandi dulu bergantian. Setiap lantai hanya ada 2 toilet dan 2 kamar mandi, jadi jika buru-buru harus cari ke lantai lain. Di sini kami menyewa kamar bertipe dorm untuk 6 orang, harga per orang per malam sebesar 3,100 (tiga ribu seratus) yen.

Sudah wangi dan cakep kami langsung menuju ke Sumida River Cruise untuk membeli tiket Hotaluna. Tiket dari Asakusa menuju Odaiba seharga 1,560 (seribu lima ratus enam puluh) yen per orang. Setelah antri dan membeli tiket, kami sarapan KFC dulu. Sehabis makan karena masih ada waktu kami mampir ke Uniqlo.

IMG_20150331_104634 IMG_20150331_103823

Selesai dari Uniqlo kami kembali ke dermaga menunggu keberangkatan. Akhirnya kapal yang ditunggu pun datang. Konsepnya futuristik, dengan kaca transparan sehingga bisa melihat pemandangan di luar. Kapal Hotaluna ini didesain oleh Leiji Matsumoto. Kapalnya sendiri nyaman, guncangan dari laut sama sekali tidak terasa. Kira-kira 30 menit perjalanan, deck atas dibuka dan kita diperbolehkan naik jika mau. Kita bisa menikmati angin kencang dan berfoto-foto juga.

Hotaluna
Hotaluna

Sekitar pukul 12:30 kami sampai di ‘Odaiba’, langsung mencari makan siang. Pilihan jatuh ke food court di mal “Venus Fort” komplek “Palette Town”. Di food court akan ditawarin menu minuman tetapi ternyata ada tap water. Seusai makan siang kami menuju “Gundam Front” di mal “DiverCity Tokyo Plaza” tetapi melewati “Toyota Mega Web” semacam museum mobil zaman dahulu.

Sesampai di depan DiverCity Tokyo foto-foto dulu dengan Gundam 1:1. Setelah itu sempat mampir lihat-lihat sebentar di “Gundam Café” dan “Gundam Store”, dan masuk ke dalam DiverCity untuk ke Gundam Front. Di dalam kita bisa berfoto dengan karakter Gundam favorit, ada juga cockpit “Gundam Strike” 1:1 tetapi harus bayar lagi, dan ada pemutaran film pendek di dome 360 derajat.

Gundam Front Tokyo
Gundam Front Tokyo

IMG_20150331_162456

Berjalan ke arah keluar kita bisa melihat sejarah Gundam, action figure, sampai akhirnya ke toko souvenir. Selesai dari Gundam Front kita jalan-jalan di malnya sebelum akhirnya ke Ferris Wheel. Begitu keluar DiverCity foto lagi di Gundam 1:1, kalau malam ada lampu sehingga suasananya pun terasa berbeda. Cuaca sudah semakin dingin dan angin pun bertiup semakin kencang.

IMG_20150331_183853

Untuk naik Ferris Wheel kita membayar 3,080 (tiga ribu delapan puluh) yen untuk 1 kabin yang bisa berisi 6 orang. Sekitar 10-15 menit kami menikmati pemandangan malam Odaiba dari dalam kabin Ferris Wheel. Selesai dari situ kami langsung bergegas naik kereta untuk lanjut ke Shibuya. Kereta dari Odaiba gerbong depannya bisa ditempati sehingga bisa menikmati pemandangan yang ada.

IMG_20150331_191133

Sesampai di ‘Shibuya’ kami langsung mencari “Hachiko Exit” untuk berfoto dengan patung anjing setia Hachiko. Selesai berfoto lanjut menyeberang di “Shibuya Crossing” yang terkenal akan keramaiannya. Begitu sampai di seberang, kita naik ke lantai 2 “Starbucks Coffee” yang ada di gedung Tsutaya. Tujuannya adalah agar bisa merekam dan memotret keramaian orang yang sedang menyeberang.

Shibuya Crossing
Shibuya Crossing

Checklist di Shibuya sudah tercentang semua, sekarang waktunya mencari makan malam. Setelah berkeliling akhirnya pilihan kita jatuh pada tempat makan “Kamakura – Noodle with Soup”, pesan menunya dari vending machine yang tersedia di pintu masuk. Karena ini pertama kalinya pesan makanan dari vending machine, tentu saja norak!! Tetapi keudikan tersebut saya simpan di dalam hati karena sudah lapar dan banyak orang daripada malu kemudian diusir. Masuk ke dalam, suasana di dalam tempat makannya ramai sehingga kita tidak bisa duduk berdekatan (Ferry dan Nick terpisah dari rombongan kami). Di belakang tempat duduk ada gantungan untuk jas atau tas, tapi tidak untuk menggantungkan perasaan orang lain. #eh

Begitu masuk kita tinggal memberikan pesanan yang sudah kita beli di vending machine. Tidak berapa lama kemudian pesanan kita datang, dan siap disantap. Kuah mi-nya mirip kuah udon bukan ramen, jadi tidak terlalu kental dan bukan dari kaldu babi tetapi kaldu ayam atau ikan. Disajikan dengan sayur kol atau sawi putih, saya serasa makan “mi cakalang” di kampung halaman. Enak sekali rasanya, saya menghabiskan sampai kuahnya pun kering semua. Apalagi dinikmati dalam kondisi cuaca yang sedang dingin-dinginnya, sungguh pas!

IMG_20150331_205845
basah
IMG_20150331_212213
kering

Selesai makan kita berkeliling sebentar di sini karena terkenal akan barang-barangnya yang murah, tetapi ternyata tidak murah-murah amat. Ditambah lagi mungkin kita sudah kecapaian jadi tidak terlalu bersemangat untuk keliling mencari toko-toko lain. Ada keinginan juga untuk bersantai di “Starbucks Coffee”, tetapi karena sangat ramai jadi niat tersebut kita urungkan.

Hachiko
Hachiko

RABU, 1 APRIL 2015

Hari ini tujuan kita adalah ke ‘Hakone’ untuk melihat Gunung Fuji. Pukul 8 pagi kami berangkat dari hostel. Untuk ke Hakone sendiri harus menggunakan kereta yang khusus dioperasikan oleh ‘Odakyu‘. Harga keretanya cukup mahal sehingga kami memutuskan untuk membeli Hakone 2-Day Pass seharga 5,140 (lima ribu seratus empat puluh) yen per orang.

Hakone Day Pass ini sudah termasuk transportasi dan diskon museum di wilayah Hakone. Sayangnya sekarang sudah tidak ada 1-Day Pass sehingga harus membeli yang 2-Day Pass meskipun kami hanya berencana sehari saja. Perjalanan ditempuh kurang lebih 2-3 jam belum termasuk monorail dan kereta gantung atau ropeway.

Antri monorail, kemudian ropeway, barulah kami sampai di puncak pukul 1 siang. Cuaca sangat berkabut sehingga selama naik ropeway tidak terlihat pemandangan apa-apa. Kami makan siang dulu sembari menunggu berharap cuaca akan cerah. Awalnya agak ragu mau makan di tempat makan ini karena mahal, tetapi karena setelah berkeliling dan tidak ada pilihan lain lagi jadi mau tidak mau. IMG_20150401_121744

Hakone Ropeway
Hakone Ropeway

Saya makan ‘Soba’ seharga 950 (Sembilan ratus lima puluh) yen, rasanya kurang cocok di lidah saya. Agak pahit mungkin karena terbuat dari gandum, dan topping-nya hanya telur setengah mentah semakin mengurangi nafsu makan saya. Seusai makan dan bayar, cuaca masih belum membaik jadi kami menunggu di depan tempat makan. Karena bosan menunggu, saya melihat seperti ada tombol dan tuas di dekat tembok. Ya sudah saya pencet saja tombolnya.

Ternyata eh ternyata jendelanya malah kebuka dan angin kencang nan dingin pun langsung masuk!! Panik, saya coba pencet lagi tombolnya. Tidak terjadi apa-apa. Kemudian salah satu karyawan restoran tempat kita makan tadi datang membantu. Tuasnya dikayuh dan jendela pun tertutup kembali. Umat manusia diselamatkan. Selesai menutup jendela karyawannya langsung balik ke restoran tanpa memandang saya. Mungkin dia kesal tetapi karena asas kesopanan tidak bisa menegur saya. Jadi tidak enak. Pencet lagi ah.

IMG_20150401_132752

Berkabutt T__T :((
Berkabutt T__T :((

Oh ya, tempat makan ini terletak di lantai 2 gedung ketika kita sampai menggunakan ropeway. Di lantai 1 ada toko souvenir dan cemilan. Sambil menunggu ada yang ke toilet, ada yang ke bawah jalan-jalan. Ternyata Ferry keluar gedung menembus kabut dan membelikan kami masing-masing telur hitam, telur yang direbus di air belerang. Katanya bisa menambah usia sebanyak 7 tahun.

IMG_20150401_143118

Sightseeing Cruise yang seharusnya sudah termasuk dalam Hakone Pass tidak beroperasi karena kabut yang tebal. Karena tidak bisa melakukan apa-apa, jadi kita memutuskan untuk terobos kabut jalan-jalan di sekitar situ daripada buang waktu. Setelah membeli oleh-oleh dan bertanya kepada karyawan toko, akhirnya kita menemukan halte bus untuk menuju ke Jinja Shrine.

Di Jinja Shrine yang naik hanya Ferry dan Nick, sedangkan kami yang lain sudah kedinginan hanya menunggu di bawah saja sambil berfoto-foto. Kabut sudah semakin tebal, air danau pun kelihatan makin meninggi. Kami berfoto di torii dan kembali ke halte bus untuk pulang. Jalanan terlihat sangat sepi, ada seperti bunyi sirene, suasananya benar-benar mirip “Silent Hill”.

Pulang kembali ke Shinjuku Station, mencari makan malam, dan beristirahat. Sayangnya memang kami tidak bisa melihat Gunung Fuji, tetapi mendapatkan pengalaman seru dengan keadaan yang berkabut. Sedikit rasa khawatir, tetapi excited. Kondisinya membuat saya rindu, pengalaman seperti ini mungkin tidak akan bisa didapatkan jika mengikuti tour.

IMG_20150401_172621 IMG_20150401_174525 IMG_20150401_171425

Feel free to comment