
Pagi ini karena rencana hanya check-out dan pindah ke Hiroshima, kami memulai dengan sarapan santai di Kissa Morning (Cafe Morning). Saya lupa dapat referensi dari mana, tapi sepertinya SoraNews24 dari Google News push notification HP. Karena maskotnya lucu telur yang dihiasi mata, sepertinya cocok untuk Emma. Tanpa berekspektasi tinggi, kami pun melangkahkan kaki ke cafe ini yang kebetulan jaraknya kurang dari 1 KM dari Daiwa Roynet Hotel Shinkansen-guchi.
Berjalan kaki mengikuti Google Maps melewati rumah warga, akhirnya ketemu maskot telur lucu di depan pintu kafe. Terlihat bangunan kecil, dengan informasi jam operasional 08:00-11:00. Jadi betul-betul Morning Cafe, hanya menyediakan sarapan saja. Melangkahkan kaki memasuki pintu kecil yang sempit itu, di dalam ada 1 pelanggan perempuan sedang melihat menu dan 1 lelaki muda di belakang tab/kasir.
Perempuan tersebut agak lama, karena dia ingin menggunakan voucher dan ada penjelasan/kendala teknis di tab-nya. Di dapur terlihat ada lagi pemuda yang bekerja, menyiapkan setiap pesanan yang masuk. Kami membeli Red Bean Toast (Set with Black Coffee) untuk Hendro, Plain Toast (Upgrade to Hot Choco) untuk Emma, dan Sandwich (with Cafe Latte) untuk Agnes.

Semua termasuk salad dan yoghurt serta telur rebus, total sekitar 2ribuan yen. Tak disangka Emma habis makannya, berarti dari segi porsi dia sudah sama seperti dewasa. Hanya durasi makannya yang lama. Kami duduk di lantai 2, kebetulan ada kursi kecil bertuliskan Bahasa Jepang yang mungkin artinya khusus anak-anak. Tangga naik ke lantai 2 sangat kecil dan curam, tidak wheelchair-friendly.

Di sudut ruangan dihiasi ‘debu’ dari My Neighbor Totoro. Sebelum kami pulang kafenya semakin ramai, banyak juga pekerja yang sarapan di sini. Ada juga yang duduk Work From Cafe, kafenya memang enak untuk duduk santai maupun sambil bekerja. Pemilik/manajer kafe pun terlihat sudah datang, mondar-mandir lantai 1-2 mengantarkan pengunjung.

Kami pun melangkahkan kaki kembali ke hotel setelah berpamitan dengan maskot telur dan boneka debu, untuk telur rebus kami simpan bawa pulang sebagai bekal di perjalanan nanti menuju Hiroshima. Shinkansen dari Nagoya menuju Hiroshima harus transit di Shin-Osaka, untuk Shinkansen kami menggunakan JR Pass.

Sekitar pukul 1:20 PM waktu setempat kami sampai di Shin-Osaka, waktunya makan siang. Di Shin-Osaka ada semacam foodcourt kecil isinya bermacam-macam kios: takoyaki, udon, tempura, omurice, ramen, soba, dan sebagainya. Tempatnya ramai tapi kebetulan ada kosong pas untuk kami bertiga plus koper, melihat sekeliling kira-kira apa yang mau dimakan.

Kios takoyaki sangat ramai, mungkin banyak yang grab & go. Agnes dan Emma mau Tempura Set Udon untuk kebutuhan protein sang anak, harganya 1,700 yen. Saya mencari kios yang sepi saja dan terlihat di pojokan ada Omurice seharga 1,000 yen. Saos tomatnya banyak, Emma pun mencoba sedikit dan suka. Menurut lidah orang Indonesia dewasa terlalu manis, inginnya saos sambal atau cabai rawit.

Masih ada 1 jam lagi sebelum keberangkatan, Emma membuang ampas makanan di toilet. Kami lanjut membeli jus untuk menjaga kebutuhan cairan dan serat dalam tubuh, apalagi habis membuang air yang tidak kecil (baca: besar). Menunggu di peron, angin lumayan kencang. Emma mengenakan selimut, matanya siap terlelap.

Perjalanan menuju Hiroshima memakan waktu 1.5 jam dari Shin-Osaka Station dengan kereta cepat, Emma pun tertidur di stroller. Untungnya jarak antar kursi lumayan lega, bisa muat untuk stroller ukuran kecil bahkan sampai koper ukuran sedang. Sampai di Hiroshima Station, kami mendorong stroller menuju tempat penginapan AirBnB kami. Di Hiroshima Station banyak tempat makan dan sepertinya ada department store, menarik untuk dikunjungi lagi malam ini.

Dari host-nya sudah memberikan petunjuk dengan jelas, hanya beberapa yang perlu disesuaikan karena kami menggunakan stroller. Misalnya peron kedatangan kereta cepat (Shinkansen) di lantai 2, maka untuk turun ke lantai 1 kami harus mencari lift sedangkan di panduan fotonya sedikit berbeda karena mungkin itu perspektif dari escalator.

Setelah sampai di gedung apartemennya, kami mengikuti petunjuk untuk membuka kotak surat yang berisi kunci kamar/unit. Pintu lobby utama terkunci otomatis, tanpa ada petugas. Hanya ada panel untuk memasukkan kode PIN agar pintu terbuka, panelnya sudah touch screen dan angka yang muncul selalu acak jadi kita harus fokus agar tidak salah meng-input PIN.
Masuk ke dalam unit kamar, Emma masih tidur. Kami lanjut berberes dulu, menyimpan barang, mengecek fasilitas yang ada, menyelesaikan registrasi mandiri sesuai petunjuk host (fotocopy paspor, isi data, masukkan di kotak surat). Setelah sekitar 1jam lebih Emma tertidur, bagai beruang selesai hibernasi dia bangun dan merasa lapar.
Kami berjalan menuju Hiroshima Station, melihat ada Umeda Coffee yang menarik. “Besok kita sarapan sini”, pikirku. Spoiler alert: sampai pulang tidak jadi mencoba Umeda Coffee, tunggu season berikutnya ke Jepang deh mau coba. Di Hiroshima Station kami ke department store, mencari makanan yang harganya dihitung sesuai gramasi. Hanya ditemukan sayur dan cake, sepertinya harus tetap makan di restoran.
Keliling station pilihan restoran: Chinese Restaurant, Italian Restaurant, Japanese Restaurant, dan sebagainya. Pilihan jatuh ke Chinese Restaurant, karena kita sudah mulai bosan melihat makanan Jepang. Enaknya di Jepang banyak set menu, jadi dapat banyak dan biasanya bisa sharing.

Saya pesan Mapo Tofu, dengan side dish nasi putih, sop jagung, salad, dan dumpling. Agnes memesan babi asam manis sebagai main dish, sedangkan side dish sama. Kami mengeluarkan sayur dingin yang dibeli tadi di department store, rencananya sayur ini dihangatkan di microwave di rumah. Tapi adanya nasi panas, ditutup saja dahulu dengan nasi panas.

Beli kopi botolan di minimart sekaligus air minum, kemudian pulang ke apartemen. Untuk amenities apartemennya lengkap, ada mesin cuci sekaligus deterjennya. Sabun, shampoo, conditioner, yang wangi. Razor, toothbrush sekali pakai dari Muji, beserta spons badan. Bentuknya seperti spons cuci piring, Emma suka karena pengalaman pertama.
Apartemennya juga termasuk luas, selain 2 kasur ada juga futon yang bisa digelar di lantai. Kami bersantai sambil menikmati kopi dan kue sebagai pencuci mulut, juga sebagai penutup hari pertama di Hiroshima. Kota yang awalnya sedikit enggan untuk dikunjungi, “di Hiroshima ada apa? Museum saja kah?”. Tak disangka, kota ini love banget. ❤

Bonus beberapa tangkapan kamera sepanjang perjalanan:

