Rumah Perubahan Jakarta Escape

Kenapa namanya demikian? Ada perubahan apa di rumah tersebut? Jakarta Escape, tempat pelarian area Jakarta? Saya kira ini Cafe Outdoor seperti pada umumnya, maklum sejak pandemi jadi banyak area terbuka.

Saat akhir pekan, saya pun mengecek jalan menuju ke tempat ini. Oh, ternyata di Bekasi. Saya kira selama ini di Jakarta, baiklah berarti mungkin namanya Jakarta Escape sebagai tempat pelarian dari padatnya ibukota. Tapi, kan Bekasi juga terkenal macet.

Saya memang jarang ke Bekasi, jadi masih di jalan tol pun terasa asing. Keluar tol, melewati jalan raya, melihat ada McDonald di persimpangan. Belok kiri, mulai masuk ke jalan kecil. Hanya ada warung-warung, akhirnya ada papan petunjuk arah ke kanan “Rumah Perubahan Jakarta Escape”.

Sampai di gerbang, disapa petugas keamanan. Untuk biaya parkir mobil, dikenakan harga Rp 10,000. Wah, mulai terlihat luasnya tempat ini! Sebelah kiri ada “Rumah Turki”, sebelah kanan ada kolam teratai. Kami lanjut sampai ke parkir mobil, dan bersiap masuk karena memang sudah waktunya makan siang.

“Sebelumnya sudah pernah ke sini?”, tanya penerima tamu.

“Belum”, jawab kami serentak. Saya sambil melihat sekeliling, banyak dipajang buku karya Prof. Rhenald Kasali.

“Untuk masuknya gratis, tapi jika ingin pembelian makan-minum menggunakan voucher. Kalau tukar voucher senilai Rp 200,000 bisa gratis masuk Hutan Bambu & pakan ternak.”, jelas kakaknya. Memang banyak yang datang langsung masuk, mungkin sudah sering ke sini.

Saya lihat ada jalan mobil juga di samping pintu masuk, “Itu ke mana kak?”

“Oh, itu khusus untuk shuttle kita.”

Baiklah, melewati pintu masuk ada taman kecil dan kupu-kupu beterbangan. Kami mengikuti jalan, ada bangunan tapi kosong dan terkunci. Ke mana ni? Kalau mengikuti arah jalan, adanya kolam renang. Kalau ke samping bangunan, sepertinya sedang ada pembangunan (ada batu, pasir, semen).

Kupu-kupu putih yang kecil

Saya coba melihat-lihat sekitar dulu, ada jalan tembus untuk shuttle tadi. Akhirnya melihat ada banyak orang lewat jalan pinggir kolam renang, kami pun mengikuti mereka. Di kolam renang ada penjaganya, jika ingin berenang harus bayar lagi.

Seberang kolam ada Hutan Bambu, yang katanya ada kandang rusa juga di dalam. “Untuk area makannya di mana, kak?”, tanya kami kelaparan.

“Oh, jalan lagi kak lewat samping sini”, terang petugasnya.

Jaraknya lumayan jauh juga, membuat kami berkeringat. Cuaca terik, untungnya banyak pohon rindang. Sampai di Sunday Market, ada banyak tenda yang menjajakan makanan. Tapi karena panas, kami memutuskan ke restonya yang ada AC.

Melihat menunya, kebanyakan ala Western. Akhirnya kami memutuskan pesan 2 porsi makan, 2 gelas minum. Di pekarangan Sunday Market ada yang sedang bernyanyi, ada juga burung-burung merpati beterbangan. Tidak lama minumannya pun datang, jusnya benar-benar segar!

Jus Jeruk dengan tampilan sederhana tapi rasanya sangat hidup

Kami masing-masing memesan lauk ikan & ayam, menu aman untuk bertiga. Dari segi visual terlihat ini menu ‘sehat’, dan di persepsi kami menu sehat = hambar. Ternyata tidak juga, mungkin karena menggunakan bahan yang segar, rasa makanannya benar-benar kaya!

“Tempat makannya di sini saja, kak?” -tanya kami

“Iya” -jawab kakaknya

“Kalau tempat ngopi?” -penasaran, karena di Instagram sepertinya ada tempat ngopi.

“Oh, ada di sebelah sana”, kata kakaknya sambil menunjukkan arah.

Ternyata pembayarannya tidak harus menggunakan voucher, bisa dengan tunai & kartu. Selesai bayar, kami lanjut menuju ke kafenya. Ada penjaja nasi gudeg , telur balado, ayam goreng, tempe bacem, dan lain sebagainya. Sampai di kafe, langsung melihat menu kopi & mencari tempat duduk yang nyaman untuk zoom.

Bertemu dengan Prof. Rhenald Kasali, tetapi beliau sedang mengobrol dengan orang lain. Saya pun pergi membeli Iced Caramel Macchiato .

“Duduk di sini saja, di sana banyak nyamuk.” -beliau mempersilakan, selesai bercerita. “Tolong pasang obat nyamuk di sini”, lanjutnya. Obat nyamuk bakar berbentuk lingkaran yang ada sudah mau habis.

Selesai ngopi kami melanjutkan perjalanan ke Hutan Bambu. Voucher yang didapat di awal pintu masuk kami tukarkan dengan wortel. Begitu masuk, ada tempat kelinci. Tapi seperti tidak terawat & kelincinya malas-malasan, jadi kami juga malas memberi mereka makan.

Malah di jalan nemu kura-kura, entah ini liar atau memang dipelihara. Kami tidak melihat ada kandang kura-kura sih, lanjut ke area berikutnya: ikan, domba, reptil, sampai rusa. Wortel akhirnya buat rusa, selesai memberi makan rusa, pintu keluarnya seperti gerbang hobbit dan ternyata nyambung dengan Sunday Market.

Dekat area cafe, ada shuttle mengelilingi area “Rumah Perubahan”, biaya Rp 10.000 per orang. Luas memang: kandang rusa, ada gedung untuk acara pernikahan, rumah tempe, rumah turki, warung batak/medan.

Kami memutuskan turun di Rumah Turki dekat parkiran mobil, awal pintu masuk kami. Kebetulan memang kami penumpang terakhir di shuttle tersebut, jadi pengemudinya baik hati sabar menunggu kami berfoto-foto di sini.

Sampai parkiran mobil, kami ganti baju karena sudah berkeringat. Rencana berikutnya menjelajah area belakang yang kita lihat tadi: kandang rusa, gedung pernikahan, rumah tempe. Katanya sih untuk ke Rumah Tempe harus buat janji dulu dengan pihak marketing, tetapi petugasnya baik mengizinkan kami melihat-lihat sebentar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, selesai dari Rumah Tempe kami lanjut berfoto-foto di depan gedung serbaguna. Sudah capek, akhirnya kami memutuskan pulang. Berikutnya mau coba kolam renangnya yang terlihat bersih, semoga jalanan juga sudah semakin baik.

Feel free to comment