Tiba di Nagoya, Emma masih tertidur pulas. Stroller to the rescue! Mendorong stroller, dan 2 koper. Untung jalanan sangat wheelchair-friendly, memang kami masih harus menyeberang jalan. Ada jalanan bawah tanah juga, tapi tentu harus turun tangga. Nama hotelnya: Daiwa Roynet Nagoya Shinkansen-guchi, Shinkansen-guchi artinya gerbang/pintu shinkansen. Jadi memang hotel ini lokasinya dekat dengan stasiun Shinkansen, hanya sekitar 5 menit jalan kaki.

Check-in, sudah beberes. Santai sejenak, Emma belum bangun. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore lebih, akhirnya kita putuskan untuk bangunkan saja. Seperti biasa dia marah-marah dulu kalau dibangunkan, kami hanya bertanya mau lanjut tidur atau jalan-jalan. Kalau memang lelah, istirahat dulu daripada sakit. Pantang ditantang, sang superhero pun bangun. Ganti baju, siap-siap memakai jaket agak tebal karena cuaca di luar sudah mulai dingin.
Kembali ke Nagoya Station Shinkansen-exit, jalan melewati dalam stasiun. Akhirnya sampai ke pintu keluar yang arah Timur, sudah ada dekorasi natal. Kami berfoto sebentar, lalu melanjutkan perjalanan. Banyak juga yang mengantri foto, tapi tetap tertib tidak rebutan ❤ . Perjalanan ke Nagoya cathedral of St. Peter and St. Paul, 15-30 menit menurut Google Maps. Tidak ada jadwal ibadah, hanya ingin berfoto sebentar saja di Katedral Nagoya.

Tapi ternyata setelah turun stasiun terdekat, sepertinya ada yang salah dengan GPS kami malah jalan kaki ke arah yang berlawanan. Sekitar pukul 6 sore waktu Jepang, langit sudah gelap. Angin dingin bertiup semakin kencang, perut kami pun jadi keroncongan. Akhirnya memutuskan makan malam dulu di Coco Curry Ichiban-ya, dulu waktu bulan madu juga ini makanan pertama kami di Nagoya.

Udon Curry karena ingin yang berkuah/extra panas, ada sedikit sayur juga semoga menyehatkan Sekalian pesan salad untuk dikonsumsi bersama, menjaga keseimbangan serat dalam tubuh. Untuk Emma, ada kids menu berisi gorengan semua: kroket, kentang goreng, nasi dan kuah kari, jagung, jelly. Aduh, melihatnya saja tenggorokan langsung meradang. Untungnya Emma suka, karinya benar tidak pedas dan ada sedikit rasa manis.


Dan… 1 jam kemudian…

Emma masih makan, pengunjung lain sudah silih berganti sampai kosong. Beberapa kali mereka bertatap dengan pramusaji, yang dengan ramah tersenyum. Saya sudah membeli minuman hangat di vending machine, menunggu di luar. Kepala rasanya goyang-goyang, sepertinya kurang tidur. Sudah jam 7 malam, akhirnya pun Emma selesai makan. Habis sih makannya dan banyak juga, tapi lama.

Selesai makan, kami jalan santai menuju Katedral. Sekitar 15-20 menit, akhirnya sampai juga. Berfoto dan berdoa sebentar, kemudian kami mampir ke taman dekat Katedral. Semacam RPTRA (Ruang Publik Terbuka Ramah Anak) gitu, ada mainan anak-anak: perosotan, ayunan, dan lainnya. Selagi kami main, ada juga beberapa keluarga datang main di situ sepertinya memang warga sekitar sini.

Beberapa pohon di sini sudah mulai mengganti warna: merah, kuning, hijau; seperti lampu lalu lintas. Suhu semakin dingin, meski belum puas main tapi sudah waktunya pulang. Kembali ke Nagoya Station, ada rasa nostalgia di sini. Menyeberang ke sisi bagian barat, balik ke hotel untuk menutup malam ini. Akhirnya ketemu kasur juga, berharap besok kepala tidak goyang-goyang lagi dan mood membaik serta panjang sabar. See you tomorrow, love this city!
